AkaL di Mata Pisau daLaM peNgertiAn yaNg luAs saNgatLah meNentUkan keceMerLangaN maNusia apabiLa kreAtiViti, kebijAksaNaan, iLmu dAn imajiNasi meNentukaN kekuAsaan tekNologi yang tepat dan ampuh. Sebaliknya teknologi, peralatan atau apa jua sistem yang modern atau canggih boleh merusakkan kehidupan manusia kalau digunakan tanpa ilmu, akal sehat dan kemanusian.
JUHARI SAID lebih memerhatikan gejolak kehidupan manusia dalam jaringan sosialnya - tradisi, adat resam, kejujuran, kepura-puraan, serta impiannyA. Jadi, dia tidak mengurung dirinya bulat-bulat di dalam studio, tetapi melihat keluar ke tengah-tengah gerak laku anggota masyarakat. Pengalaman itu diolah dan ditafsir untuk dikerah ke atas karya melalui lambang-lambang. Pada tahap ini dia memilih pendekatan yang berbeda daripada teman-teman seniman lain apabila dia kembali kepada peribahasa Melayu untuk menggambar
APRISIASI KARYA, KATAK HENDAK JADI LEMBU
Katak Hendak Jadi Lembu menjuduli sebuah karyanya. Ini adalah sebuah perumpamaannya yang barangkali bermaksud seekor katak kecil ingin menjadi lembu besar yang bertenaga dan diperlukan oleh manusia sama baik sebagai pekerja atau makanan. Katak kalau terus jadi katak akan hanya bisa melompat-lompat di petak-petak lembah dan akhirnya akan menjadi mangsa ular saja. Dalam suatu hal cita-cita atau impian besar katak ini (seperti Mat Jenin) memang baik kerana ia membebaskan si pemimpi daripada kenyataan-kenyataan yang meb'le.
Karya oleh Juhari Said, Katak Hendak Jadi Lembu, 1997.Cetakan Kayu atas kertas / woodblock on paper, 73 x 54cm. Koleksi / collection of Malaysian National Reinsurance Berhad.
Mind at the Knife's Edge in its wider context determines human excellence; when creativity, intelligence, knowledge and imagination ensures an exacting and resilient power of technology. On the other hand, technology, tools or systems, however, modern or sophisticated, can adversity affect the life of humans especially when used without wisdom, good-intentions and a sense of humanity.
JUHARI SAID is more of an observer of the turnoils of lives caught in their social entrapments - tradition, culture, honesty, partnership, pretense, dreams, and insecurities. Thus, he does not lock himself wholly in the studio but rather keeps his sights on the centre of society's interactions. His experiences are then evaluated and interpreted to be laboured upon his works with the use of symbols. At such stage, he has chosen an approach that differs from his peers in that he has returned to Malay proverbs in visualising symbols and teh naming of his paintings.
Frog Wanting To Be Cow (Katak Hendak Jadi Lembu) is the title of one of his works. This proverb could most likely mean a small frog that harbours a desire to become the bigger creature that is the cow, a stronger and also more directly beneficial animal to man- equally as a best of burden or as a source of food. A frog that continues being itself is limited to only leaping around in the paddy fields before finally meeting a gruesome end at the fang of a snake. Yet, on the other hand, the big ambitions and dreams of this frog (like the dreamy proverbial Malay character Mat Jenin) can be deemed as liberating in that it releases the dreamer from the realities that bind him. Dreams that are unrealistic or grandiose, when left unchecked, can only end in mockery. Thus, Juhari creates an image of an incomplete frog and an incomplete cow- a picture that speaks of ugliness. translated by Dhojee
Impian dan Visi harus realistis di hadapan kita. Sebuah anugrah terindah kita adalah kita diberi anugrah untuk berpikir secara positif dan impian yang sangat indah tetapi impian yang tidak wajar dan berlebihan sekiranya diteruskan hanya akan berakhir dengan kejelekan. Maka itu, Juhari melukiskan gambar yang bukan katak dan bukan juga lembu yang tulen yakni sebuah gambaran yang kelihatan bodoh.
Terinspirasi dari Katak Hendak Jadi Lembu Karya oleh Juhari Said
JUHARI SAID lebih memerhatikan gejolak kehidupan manusia dalam jaringan sosialnya - tradisi, adat resam, kejujuran, kepura-puraan, serta impiannyA. Jadi, dia tidak mengurung dirinya bulat-bulat di dalam studio, tetapi melihat keluar ke tengah-tengah gerak laku anggota masyarakat. Pengalaman itu diolah dan ditafsir untuk dikerah ke atas karya melalui lambang-lambang. Pada tahap ini dia memilih pendekatan yang berbeda daripada teman-teman seniman lain apabila dia kembali kepada peribahasa Melayu untuk menggambar
APRISIASI KARYA, KATAK HENDAK JADI LEMBU
Katak Hendak Jadi Lembu menjuduli sebuah karyanya. Ini adalah sebuah perumpamaannya yang barangkali bermaksud seekor katak kecil ingin menjadi lembu besar yang bertenaga dan diperlukan oleh manusia sama baik sebagai pekerja atau makanan. Katak kalau terus jadi katak akan hanya bisa melompat-lompat di petak-petak lembah dan akhirnya akan menjadi mangsa ular saja. Dalam suatu hal cita-cita atau impian besar katak ini (seperti Mat Jenin) memang baik kerana ia membebaskan si pemimpi daripada kenyataan-kenyataan yang meb'le.
Karya oleh Juhari Said, Katak Hendak Jadi Lembu, 1997.Cetakan Kayu atas kertas / woodblock on paper, 73 x 54cm. Koleksi / collection of Malaysian National Reinsurance Berhad.
Mind at the Knife's Edge in its wider context determines human excellence; when creativity, intelligence, knowledge and imagination ensures an exacting and resilient power of technology. On the other hand, technology, tools or systems, however, modern or sophisticated, can adversity affect the life of humans especially when used without wisdom, good-intentions and a sense of humanity.
JUHARI SAID is more of an observer of the turnoils of lives caught in their social entrapments - tradition, culture, honesty, partnership, pretense, dreams, and insecurities. Thus, he does not lock himself wholly in the studio but rather keeps his sights on the centre of society's interactions. His experiences are then evaluated and interpreted to be laboured upon his works with the use of symbols. At such stage, he has chosen an approach that differs from his peers in that he has returned to Malay proverbs in visualising symbols and teh naming of his paintings.
Frog Wanting To Be Cow (Katak Hendak Jadi Lembu) is the title of one of his works. This proverb could most likely mean a small frog that harbours a desire to become the bigger creature that is the cow, a stronger and also more directly beneficial animal to man- equally as a best of burden or as a source of food. A frog that continues being itself is limited to only leaping around in the paddy fields before finally meeting a gruesome end at the fang of a snake. Yet, on the other hand, the big ambitions and dreams of this frog (like the dreamy proverbial Malay character Mat Jenin) can be deemed as liberating in that it releases the dreamer from the realities that bind him. Dreams that are unrealistic or grandiose, when left unchecked, can only end in mockery. Thus, Juhari creates an image of an incomplete frog and an incomplete cow- a picture that speaks of ugliness. translated by Dhojee
Impian dan Visi harus realistis di hadapan kita. Sebuah anugrah terindah kita adalah kita diberi anugrah untuk berpikir secara positif dan impian yang sangat indah tetapi impian yang tidak wajar dan berlebihan sekiranya diteruskan hanya akan berakhir dengan kejelekan. Maka itu, Juhari melukiskan gambar yang bukan katak dan bukan juga lembu yang tulen yakni sebuah gambaran yang kelihatan bodoh.
Terinspirasi dari Katak Hendak Jadi Lembu Karya oleh Juhari Said


